“Konferensi” Berbudaya di De Vries
Pada
hari kamis 29 –april – 2015, Aku dan sekelas telah berjalan hampir 7 jam
berjalan-jalan mencari data di sekitar area Bandung Tempo Doeloe. Tas pun aku
rangkul dan berisi barang-barang yang tidak terlalu penting. Mungkin saja, dulu
barang yang tidak penting itu cukup penting di masa lalu, tapi sekarang barang
tersebut jika ditukar hanya setara dengan sampah. Yap, benar sekali sampah.
Jadi perjalanan di Bandung Tempoe
dulu-ku diawali di suatu tempat yang kerap dipanggil pecinan lama. Di area
sini, kelompokku mencari sekumpulan informasi tentang bahasa, karena tempatnya
yang cukup tradisional dan banyak ditempati oleh para pedangang seakan-akan
seperti pasar. Jam 10 hingga 4 aku hanya berjalan-jalan hingga menemukan
berbagai hal yang cukup langka sambil menanyai tentang hal tentang bahasa
kesehaian. Separuh waktu hanya aku gunakan untuk berjalan-jalan dan menemukan
berbagai orang yang bisa diajak mengobrol dan bertanya tentang agama. Akhirnya
setelah jam 4, aku dan teman-temanku bergegas pergi ke de vries mengikuti
pertemuan tentang budaya yang sekarang ada. Pertemuan itu diselenggarakan di
gedung OCBC NISP yang dulunya dikenal dengan nama Toko De Vries, toko yang
terbesar se ASEAN selama jaman Kolonial Belanda.
Aku mendaftar masuk ke pertemuan
itu dan di panggung pertemuan itu terlihat 3 orang yang enjadi juru bicara
sekaligus ahli budaya. Sebelum mengikuti pertemuan ini, Kakak telah memberi
tahu kalau sebenarnya sound System di pertemuan ini kurang bagus, jadi harus
lebih fokus dari biasanya. Aku telah memilih tempat duduk yang cukup enak dari
segi penglihatan dan pendengaran. Karena kebetulan OCBC NISP telah disulap
menjadi sebuah museum tentang peristiwa penting-penting yang terjadi di
Bandung. Banyak sekali peristiwa yang terjadi di Bandung dan
kelihatannya waktu menunjukan kalau sekarang sudah pukul enam dan pertemuan
akan dimulai sebentar lagi.
Awalnya pembukaannya kurang
terdengar dan isinya hanya tentang budaya dan maknanya itu. Tapi seiring waktu
berjalan, sound sytem yang kurang bagus itu memberikan efek yang sungguh besar
karena dari sebuah informasi yang didapat untuk melengkapi tentang budaya hanya
bisa diserap kira-kira 50 % padahal kalau aku rekap ulang lagi pastinya
pertemuan tentang biudaya ini bisa sungguh bermanfaat tentunya dan ditambah
lagi Sound system yang jelek dan suara keras justru malah menggangu dan setelah
itu aku memberi penilaian kalau justru sound system pertemuan ini menyedihkan.
Pertemuan ini menurut
penilaian-ku sedikit menyinggung tentang akulturasi budaya yang justru malah
sedikit melecehkan tentang akulturasi seakan-akan yang terjadi pada budaya
adalah asimilasi. Kalau menurut opini aku, setiap orang mempunyai seleranya
masing-masing terutama pada kecintaannya pada budaya. Selain itu ada beberapa
hal yang justru aku setuju sedang terjadi saat ini, yaitu kalau sekarang
beberapa orang mendewai akan Amerika menimbulkan, kalau sebenarnya barang
negeri itu tidak sebanding dengan barang impor dari Amerika bahkan dari
produksi Film terbaru.
Oke sampai sini saja pembahasan
tentang opiniku akan pertemuan budaya kali ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar