Senin, 11 Mei 2015

Bincang Budaya, hari kamis Di Toko de Vries



“Konferensi” Berbudaya di De Vries


                Pada hari kamis 29 –april – 2015, Aku dan sekelas telah berjalan hampir 7 jam berjalan-jalan mencari data di sekitar area Bandung Tempo Doeloe. Tas pun aku rangkul dan berisi barang-barang yang tidak terlalu penting. Mungkin saja, dulu barang yang tidak penting itu cukup penting di masa lalu, tapi sekarang barang tersebut jika ditukar hanya setara dengan sampah. Yap, benar sekali sampah.
Jadi perjalanan di Bandung Tempoe dulu-ku diawali di suatu tempat yang kerap dipanggil pecinan lama. Di area sini, kelompokku mencari sekumpulan informasi tentang bahasa, karena tempatnya yang cukup tradisional dan banyak ditempati oleh para pedangang seakan-akan seperti pasar. Jam 10 hingga 4 aku hanya berjalan-jalan hingga menemukan berbagai hal yang cukup langka sambil menanyai tentang hal tentang bahasa kesehaian. Separuh waktu hanya aku gunakan untuk berjalan-jalan dan menemukan berbagai orang yang bisa diajak mengobrol dan bertanya tentang agama. Akhirnya setelah jam 4, aku dan teman-temanku bergegas pergi ke de vries mengikuti pertemuan tentang budaya yang sekarang ada. Pertemuan itu diselenggarakan di gedung OCBC NISP yang dulunya dikenal dengan nama Toko De Vries, toko yang terbesar se ASEAN selama jaman Kolonial Belanda.
Aku mendaftar masuk ke pertemuan itu dan di panggung pertemuan itu terlihat 3 orang yang enjadi juru bicara sekaligus ahli budaya. Sebelum mengikuti pertemuan ini, Kakak telah memberi tahu kalau sebenarnya sound System di pertemuan ini kurang bagus, jadi harus lebih fokus dari biasanya. Aku telah memilih tempat duduk yang cukup enak dari segi penglihatan dan pendengaran. Karena kebetulan OCBC NISP telah disulap menjadi sebuah museum tentang peristiwa penting-penting yang terjadi di Bandung.  Banyak sekali  peristiwa yang terjadi di Bandung dan kelihatannya waktu menunjukan kalau sekarang sudah pukul enam dan pertemuan akan dimulai sebentar lagi.
Awalnya pembukaannya kurang terdengar dan isinya hanya tentang budaya dan maknanya itu. Tapi seiring waktu berjalan, sound sytem yang kurang bagus itu memberikan efek yang sungguh besar karena dari sebuah informasi yang didapat untuk melengkapi tentang budaya hanya bisa diserap kira-kira 50 % padahal kalau aku rekap ulang lagi pastinya pertemuan tentang biudaya ini bisa sungguh bermanfaat tentunya dan ditambah lagi Sound system yang jelek dan suara keras justru malah menggangu dan setelah itu aku memberi penilaian kalau justru sound system pertemuan ini menyedihkan.
Pertemuan ini menurut penilaian-ku sedikit menyinggung tentang akulturasi budaya yang justru malah sedikit melecehkan tentang akulturasi seakan-akan yang terjadi pada budaya adalah asimilasi. Kalau menurut opini aku, setiap orang mempunyai seleranya masing-masing terutama pada kecintaannya pada budaya. Selain itu ada beberapa hal yang justru aku setuju sedang terjadi saat ini, yaitu kalau sekarang beberapa orang mendewai akan Amerika menimbulkan, kalau sebenarnya barang negeri itu tidak sebanding dengan barang impor dari Amerika bahkan dari produksi Film terbaru.
Oke sampai sini saja pembahasan tentang opiniku akan pertemuan budaya kali ini. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar